Peneliti mengatakan, temuan ini dipunblikasikan dalam Nature Medicine mungkin berlaku untuk manusia terhadap apa yang dimakannya, dan dapat mempengaruhi perkembangan sel kekebalan tubuh dan penyakit di luar usus.
Sebuah studi sebelumnya menemukan asma dan sindrom iritasi usus (IBS) bisa disebabkan oleh reaksi inflamasi yang sama. Orang yang menderita IBS dua kali lebih mungkin memiliki gejala asma juga.
IBS merupakan gangguan pencernaan yang umum, yang menghasilkan berbagai gejala termasuk kram, rasa kembung, dan perubahan atau gangguan kebiasaan buang air besar, seperti sembelit atau diare.
Dikutip dari laman Daily Mail, Selasa (7/1/2013), Dr Benjamin Marsland dari University of Lausanne, Swiss mengatakan bahwa selama beberapa dekade terakhir, asma dan alergi telah meningkat di negara berkembang, sementara konsumsi serat makanan telah menurun di negara-negara tersebut.
Timnya menemukan, tikus yang diberi diet rendah serat mengalami peningkatan terhadap radang paru-paru sebagai respons terhadap debu. Sedangkan tikus yang diperkaya dengan pektin, ditemukan pada dinding sel tanaman telah mengurangi penyakit alergi saluran napas.
Komentar harus sesuai dengan topik artikel.
- Komentar yang Relevan Sesuai Topik Pembahasan
- Dilarang SPAM, Menghina dan Melecehkan (SARA), Berkomentar dengan LINK aktif
- Dilarang PROMISI di Komentar
- Komentar yang tidak sesuai akan diHAPUS
by TRENZT.com